TEROR Para Bandit Berpistol

Share:


Bayangan maut menggelayut di langit Kota Medan. Bandit-bandit berpistol berkeliaran menabur teror, memuntahkan timah panas tanpa mengenal waktu, tempat dan korbannya. Waspadalah!

Harian Global| 30 Mei 2006.

Selain wabah virus flu burung, kini ancaman lain menyebar di Kota Medan. Penjahat bersenjata api (senpi) bebas berkeliaran di sekitar kita. Siapapun, tanpa pandang bulu - pejabat, pelaku usaha atau orang biasa - menjadi incaran bandit-bandit berpistol.

Rentetan kasus perampokan bersenpi sebenarnya sudah terjadi sejak Januari lalu. Setiap aksi kejahatan para koboi ini selalu menjadi headline surat kabar. Sampai tulisan ini diturunkan, setidaknya tercatat 13 kasus kejahatan bersenpi. Korban pun berjatuhan. Setidaknya empat orang tewas, dan lima di antaranya kritis diterjang peluru pelakunya.

Aksi sadis para bandit ini terlihat ketika mereka menyatroni rumah Feryadi Chandra alias Tjong Siong Kim. Pengusaha bak pau yang beralamat di Kompleks Perumahan Baru II Jl. Brigjen Katamso tewas setelah bandit bersenpi menyatroni rumahnya 23 Maret lalu.

Meski ditodong senjata api, lelaki setengah baya ini nekad melawan. Ia tak rela usaha yang telah dirintisnya selama 16 tahun itu, dirampas begitu saja. Namun perjuangannya terhenti saat tubuhnya dihujani pisau sangkur. Pelaku yang diperkirakan empat orang itu leluasa mengobrak-abrik rumahnya.

Sejatinya, peristiwa berdarah di rumah Tjong Siong Kim itu bukan yang pertama di bulan Maret itu. Sepekan sebelumnya, aksi serupa terjadi di kompleks perumahan Jalan Multatuli. Beberapa hari kemudian, bandit bersenjata ini menyatroni kawasan Hamparan Perak. Berikutnya di bulan April kasus serupa berulang di kompleks perumahan Jl. Danau Jeumpang, Medan Baru. Korban selanjutnya adalah kediaman Alok Pinem di Jalan Pembangunan, Kampung Susuk II Medan Selayang.

Aksi kejahatan ini sudah sangat mengkhawatirkan, menghantui setiap inci wilayah hukum kepolisan Sumatera Utara. Walau terus diuber polisi, bandit berpistol itu surut nyalinya. Malah mereka makin mengganas di bulan Mei. Aktifitasnya melebar hingga ke daerah Langkat, Tebing Tinggi dan Labuhan Batu.

Selain sadis, bandit-bandit berpistol ini juga bernyali besar. Modal nekad plus kecermatan dan perhitungan matang dalam memburu targetnya, menjadikan kerja mereka lebih sistematis. Para pelaku juga cerdas mengelabui polisi. Kayak film India, polisi baru datang setelah pelaku lolos meninggalkan korban bersimbah darah.

Misalnya, kasus penembakan terhadap Juwono, 51 tahun. Bapak empat anak ini menjadi sasaran seenak jidat si pelaku. Ceritanya, si bandit bersenpi habis menggasak rumah Gunawan di perumahan Graha di Jl. Danau Jeumpang, Medan Baru April lalu. Namun, karena pagar kompleks sudah terkunci, si pelaku terpaksa meninggalkan sepeda motor RX King “tunggangannya”. Ia lalu “membajak” sepeda motor Juwono yang sedang melintas di dekat lokasi kejadian. Tak puas hanya mengambil motornya, Juwono didor di leher dan dadanya.

Kelicikan bandit-bandit ini menurut Direktur LBH Medan, Irham Buana Nasution tidak mengherankan. Dia mengatakan pelaku bersenjata yang kerap beraksi di Kota Medan adalah orang-orang terlatih dan ahli menggunakan senjata. Motifnya bukan hanya perampokan, tapi ada pelaku yang “diorder” untuk membunuh, alias sebagai pembunuh bayaran.

“Pelakunya bukan orang awam yang satu atau dua hari pegang senjata. Tapi sudah terlatih. Mereka itu profesional,” ujar Irham.

Dengan fakta itu, ia menduga pelaku aksi kejahatan bersenjata api ini mengarah kepada oknum-oknum di tubuh alat negara. “Bukan tidak mungkin ada pihak-pihak tertentu yang memanfaatkan oknum-oknum dari kepolisian atau militer. Apakah dia itu aktif maupun tidak aktif,” kata Irham serius.

Menurutnya, keterlibatan oknum-oknum dari satuan tertentu itu pernah terungkap saat bos PT Asaba, Boediharto Angsono tahun 2003 tewas terbunuh. Pembunuhan itu diotaki menantunya, Gunawan Santoso. Untuk mengeksekusi korban, Gunawan Santoso menyuruh empat pengawal pribadinya yang tak lain dari satuan Marinir TNI AL. Gunawan Santoso sudah divonis mati, tapi berhasil melarikan diri dari penjara.

Bagi Irham, tren kejahatan bersenjata api memang bukan cerita baru. Ia menilai, fenomena aksi tembak menembak ini bukan hanya dilakukan penjahat, tapi juga kerap dipertontonkan polisi dalam setiap aksi penangkapan.

Irham tidak yakin polisi bisa mengungkap rentetan aksi para koboi di Medan. Sama halnya ketika pembunuh misterius (Petrus), penculikan orang, hingga pembunuh bayaran yang pernah terjadi lima tahun lalu. Sampai kini tak seorang pun pelakunya tertangkap. Termasuk mengungkap dalang dari pelaku percobaan pembunuhan terhadap dirinya tahun 2001 lalu. Ketika itu kakinya ditembus panah beracun.

Sebenarnya, kekhawatiran Irham sudah terekam sejak kasus perampokan bersenpi ini muncul. Beberapa kali polisi mengelak mengatakan pelakunya bersenjata api. Padahal, beberapa korban sudah jatuh, dan menunjukkan indikasi tewas karena didor.

Setelah korban terus berjatuhan, Kapolda Sumatera Utara, Bambang Hendarso terpaksa turun gunung. April lalu, Jenderal berbintang dua ini membentuk tim khusus yang dipimpin Kapoltabes Medan, Kombes Irawan Dahlan. Anggotanya dari markas Polda di Tanjung Morawa juga diterjunkan.

Tim bentukan Hendarso pun mulai beraksi, menyusuri titik-titik yang dianggap rawan, termasuk tempat-tempat keramaian. Ironisnya, tak satu pun pelaku tertangkap. Malah, sebulan setelah tim dibentuk, aksi bandit berpistol terus meningkat.

Irawan Dahlan, mengakui personil yang dipimpinnya kelabakan mengungkap dan melacak para pelaku karena skenario bandit-bandit itu cukup rapi dan terorganisir. “Para pelaku tergolong profesional,” aku Irawan pertengahan April lalu.

Orang yang paling bertanggung jawab terhadap keamanan Kota Medan itu mensinyalir rentetetan kejahatan yang terjadi belakangan ini bertujuan menciptakan teror.”Rentetan kasus kejahatan ini sengaja diciptakan sekelompok orang yang tidak bertanggung jawab untuk membentuk suasana Kota Medan menjadi tidak kondusif,” kata Irawan.

Ucapan Irawan itu seolah menyiratkan ketidakmampuan institusi itu mengatasi persoalan. Abdul Hakim Siagian, Anggota Komisi A DPRD Sumut menganggap polisi gagal menjaga keamanan Kota Medan. “Sebaiknya polisi lebih meningkat profesionalisme,” katanya. Wajar-wajar saja Siagian berkata begitu. Siapa yang tidak jenuh, tak satupun bandit berpistol itu berhasil dibekuk polisi.|

No comments