Awasi Obat Murah

Share:
Pemerintah meluncurkan program obat murah dan berkualitas melalui pengadaan aneka produk obat generik tak berlogo dengan harga eceran tertinggi Rp 1.000 per paket. Tujuan dari program ini untuk menjamin ketersediaan, pemerataan dan keterjangkauan obat murah dan berkualitas bagi masyarakat.

Pada peluncuran program tersebut, Menteri Kesehatan, Siti Fadilah Supari mengatakan, program yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia itu untuk mengurangi beban hidup rakyat miskin. Selain itu, untuk mencegah peredaran obat palsu dan obat substandar yang dapat membahayakan kesehatan masyarakat.
 

Memang obat murah berkualitas seperti ini sudah lama didambakan oleh masyarakat berpenghasilan pas-pasan. Kita tahu bersama, banyak warga miskin yang tidak sanggup berobat hanya karena harga obat tak terjangkau.
 
Peluncuran program obat murah dan bermutu itu melengkapi upaya pemerintah meningkatkan pelayanan dan derajat kesehatan masyarakat luas. Sebelumnya, pemerintah meluncurkan kebijakan asuransi kesehatan bagi warga miskin. Kendati masih muncul keluhan, sebagian masyarakat tak mampu sudah menikmati fasilitas tersebut.
Berbagai kebijakan yang meringankan beban masyarakat, termasuk di bidang pelayanan kesehatan, patut mendapat respons positif. Sayang, hingga kini warga di Sumatera Utara masih belum dapat menikmati kehadiran obar murah nan berkualitas ini.
Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Fatmi Sulani, kemarin mengaku belum menerima suplai obat murah itu. Fatmi menyatakan, pensuplaian obat “serbu” untuk wilayah Sumut masih dalam proses, yang mana pelaksanaan masih menunggu anggaran dana. Tapi ia belum yakin kapan pastinya obat tersebut akan masuk ke Sumut.
Pernyataan dari Dinas Kesehatan tersebut bisa jadi sebuah sinyal agar kita melakukan kontrol terhadap peredaran obat murah tersebut sedini mungkin. Berangkat dari pengalaman yang sudah-sudah, program yang baik terkadang sering tak berjalan sesuai harapan. Contohnya obat generik. Di awalnya saja yang mudah diperoleh. Lama-kelamaan, harganya naik dan langka. Atau pada kasus pupuk dan benih bersubsidi untuk petani yang ternyata jatuh ke tangan tengkulak.
Nah, untuk obat murah kali ini, belum apa-apa kita sudah harus mendapat kabar tak sedap. Bukan tidak mungkin, ketika obat murah ini akan didrop ke pasar, sudah habis dahulu ditangan para spekulan sehingga tak sampai masyarakat kelas menengah ke bawah.
Peringatan itu tentu tak mengada-ada. Karena itu, mari kita saling bahu membahu mengawasi secara ketat peredaran program obat murah berkualitas itu agar benar-benar mencapai sasaran. Jangan sampai obat-obat tersebut justru jatuh ke tangan penadah, yang kemudian menjual kembali dengan harga tinggi.

No comments